Deputi Lalitbang BKKBN Berkunjung ke Luwu, Basmin Mattayang Paparkan Program Penurunan Stunting

Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian Dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN Pusat, Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc., PhD mengunjungi Kabupaten Luwu yang diterima langsung oleh Bupati Luwu, Dr Drs H Basmin Mattayang, M.Pd diruang kerjanya, Kamis (8/12/2022)

LINISULSEL.COM, LUWU – Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian Dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN Pusat, Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc., PhD mengunjungi Kabupaten Luwu yang diterima langsung oleh Bupati Luwu, Dr Drs H Basmin Mattayang, M.Pd diruang kerjanya, Kamis (8/12/2022)

Pada kesempatan itu, Bupati menyampaikan berbagai upaya pemerintah Kabupaten Luwu dalam rangka percepatan penurunan angka stunting.

“Ada beberapa program yang kita laksanakan, seperti gerakan menanam sayuran dihalaman rumah dengan motto tanam, petik dan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Kemudian kita juga menggalakkan mengkonsumsi bahan makanan yang terbuat dari sagu yang memiliki kandungan nutrisi”, kata H Basmin Mattayang

Usai diterima Bupati, Prof Rizal kemudian menuju aula Kantor Bappelitbangda, Kelurahan Senga Kecamatan Belopa, untuk memberikan edukasi percepatan penurunan stunting kepada para penyuluh KB, Tenaga Pendamping Keluarga serta Pengurus TP PKK tingkat kecamatan dan desa.

Mengawali materi edukasi, Prof Rizal mengingatkan kembali bahwa Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak.

“Kita harus memperhatikan periode emas anak yang sudah dimulai sejak dibuahinya sel telur oleh sperma atau masa kehamilan. Karena itu, dimasa kehamilan, para ibu perlu memenuhi asupan gizi seimbang dan memberikan stimulasi sesuai tahapan tumbuh kembang janin”, jelas Prof Rizal

Masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) yang terdiri atas 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan menjadi periode sensitif pada anak karena berdampak terhadap tumbuh kembang anak hingga dewasa.

“Setelah anak lahir maka seorang ibu harus memperhatikan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi selama enam bulan berturut-turut. Ini menjadi salah satu cara mencegah agar bayi tidak tumbuh stunting”, lanjutnya

Namun diera modern saat ini, Prof Rizal mengakui , banyak alasan para ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya sehingga dibutuhkan peran seorang ayah dalam pemberian ASI eksklusif.

“ASI merupakan asupan makanan bagi bayi yang bergizi, praktis dan ekonomis sehingga tidak membutuhkan biaya yang mahal. Saat ini para ibu memiliki banyak alasan untuk tidak memberikan ASI kepada bayinya sehingga perlu dukungan dari seorang ayah, salah satunya dengan membantu mengurus bayi selama ibu menyusui. Jangan campuri ASI dengan polusi asap rokok”, canda Prof Rizal

Menurutnya Masa 1000 HPK sangat penting bagi tumbuh kembang buah hati dan dapat menentukan perkembangan kecerdasan secara jangka panjang. Tidak optimalnya perkembangan otak pada masa ini juga akan berpengaruh terhadap kehidupan buah hati di masa depan.

“Alhamdulillah di Kabupaten Luwu, tadi bapak Bupati menjelaskan betapa pedulinya Ibu Ketua TP PKK dalam percepatan penurunan stunting dan kami sangat mengapresiasi peran aktif beliau”, tutupnya

Sementara itu, Ketua TP PKK Kabupaten Luwu, Dr Hj Hayarna Basmin menyampaikan ucapan selamat datang kepada Deputi Lalitbang BKKBN Pusat atas kunjungannya ke Kabupaten Luwu

“Kunjungan bapak Deputi ke Luwu merupakan suatu kebanggaan bagi kami. Kami informasikan bahwa dalam menurunkan angka stunting, sinergitas dengan mitra kerja dibangun dengan sangat baik, karena kami bukan hanya sekedar menurunkan angka stunting tetapi akan menghapus atau men “Zero” kannya”, ungkap Hj Hayarna

Hj Hayarna menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Luwu beserta TP PKK bersinergi menurunkan angka stunting dengan menjalankan langkah-langkah strategis dengan memperkuat peran kelompok dasa wisma yang ada didesa, sehingga melalui data dari dasa wisma tersebut akan memudahkan pemetaan dimana dan keluarga siapa saja yang memiliki potensi terjadinya stunting.

“Data yang diperoleh oleh kelompok dasa wisma kemudian kita koordinasikan dengan bidan desa dan posyandu setempat untuk segera melakukan penanganan. Selain langkah tersebut, kita juga program Tri Bina, yakni Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Lansia untuk mempercepat penurunan angka stunting, semoga tahun 2024, di Kabupaten Luwu Zero stunting”, ucap Hayarna

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Luwu, Drs Husain melaporkan, Data Prevalensi Kabupaten Luwu pada tahun 2021 mencapai 10,3 persen sedangkan di tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 9, 38

Sebelum meninggalkan Kabupaten Luwu, Deputi Lalitbang BKKBN Pusat yang didampingi oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan, Dra. Hj Andi Rita Mariani Basharu menyempatkan mengunjungi seorang bayi yang mengalami stunting dan sementara menjalani perawatan di RSUD Batara Guru Belopa. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tutup