Indah Putri Buka Pembinaan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, membuka secara resmi kegiatan pembinaan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang diselenggarakan Dinas Sosial Luwu Utara.

LINISULSEL.COM, LUWU UTARA – Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, membuka secara resmi kegiatan pembinaan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang diselenggarakan Dinas Sosial Luwu Utara, Kamis (11/8/2022) di Ruang Rapat Wakil Bupati Luwu Utara.

Pembinaan ini bertujuan memberikan wawasan dan pengetahuan kepada Pengurus LKSA dalam menyediakan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan kasih sayang anak, kelekatan dan permanensi melalui keluarga pengganti atau pengasuhan alternatif yang berbasis hak anak.

Kegiatan ini dihadiri tujuh LKSA se-Kabupaten Luwu Utara. Ada pun materi dalam pembinaan ini dibawakan oleh Elysa Fatimah Primeira Annisa, seorang psikolog/konselor anak yang sekaligus merupakan Ketua Unit Dharma Wanita Rumah Tahanan Kelas II B Masamba.

Dalam sambutannya, Bupati Indah Putri Indriani menyebutkan bahwa dalam sebuah bangsa, anak memegang peranan penting, terutama menjelang bonus demografi pada kisaran 2030-2040 mendatang.

“Di sebuah bangsa, anak memegang peranan penting karena sesungguhnya orang dewasa itu sudah selesai,” kata Bupati Luwu Utara dua periode ini.

“Kalau kita tidak mengisi waktu anak-anak kita dengan sesuatu yang bermakna, yang positif, yang dapat membentuk karakternya untuk menghadapi masa depan, yang tantangannya jauh lebih berat, maka kita bisa bayangkan kira-kira seperti apa mereka dalam menghadapi masanya nanti, termasuk menjelang masa bonus demografi,” ucapnya menambahkan.

Ia menjelaskan, kalau bonus demografi itu hanya dalam batasan kuantitas, sehingga itu bisa menjadi beban bagi pembangunan.

“Bayangkan kalau SDM kita tidak berkualitas, atau apabila dia memiliki kompetensi, tetapi tidak berkarakter baik, tidak terbentuk secara personal, tidak baik secara spiritual, tidak stabil secara emosi, walaupun dia memiliki kecerdasan intelektual, maka itu tidak berarti banyak,” papar dia.

Olehnya itu, keluarga menjadi benteng terdepan untuk membentuk SDM yang memiliki kompetensi, berkarakter dan berkualitas.

“Tak semua anak beruntung memiliki orang tua yang sempurna, hidup dan tinggal di satu atap yang sama, yang kemudian menyebabkan mereka tidak mendapatkan haknya dan pendampingan yang tepat,” imbuh dia.

Maka dari itu, lanjut dia, pemerintah akan mendorong lembaga-lembaga terkait, salah satunya LKSA, untuk menjangkau anak-anak itu, termasuk di dalamnya anak-anak yang berhadapan dengan hukum.

“Keluarga yang diharapkan memberikan pendampingan, dan diharapkan bisa memenuhi hak anak, ternyata tak mampu memenuhi hal itu dengan berbagai alasan. Ini menjadi PR kita. Untuk itu, pemerintah mendorong lembaga-lembaga untuk melakukan penjangkauan,” terangnya.

Ia menekankan, keberadaan LKSA memiliki peran penting dalam menyelamatkan anak-anak yang merupakan penerus bangsa.

“Peran kita sangat strategis, sangat penting, dan mulia. Satu anak yang sempurna, dalam pemberian haknya yang kemudian membentuk karakternya, dalam melakukan pembimbingan, pendampingan, maka satu anak itu memilik arti yang besar dan banyak bagi bangsa,” jelasnya.

Oleh karena itu, sayang apabila kita sudah punya lembaganya, tetapi tidak kita kuatkan, kapasitas kepengurusannya tidak kita kuatkan, tidak kita upgrade dan update,” sambungnya.

Ibu dua anak ini kemudian berharap LKSA dapat lebih masif melakukan kolaborasi dengan pemerintah demi mendukung pendampingan anak-anak yang tidak hanya cukup dengan bekal mental, spiritual, dan intelektual.

“Kami berharap kolaborasi antara pemda dan LKSA, dengan pemerintah kecamatan dan desa, semakin dimasifkan. Misalnya ingin mengembangkan skill-nya anak-anak kita,” katanya.

Nah, itu boleh dikomunikasikan dengan kita, apakah pemda memfasilitisi berbagai lembaga lain yang punya program untuk datang ke LKSA atau anak-anak yang punya minat tersebut, kita kirim ke berbagai lembaga, termasuk yang dibawahi LKSA,” papar dia.

Dikatakannya, anak-anak tak cukup dikuatkan mentalnya, spiritualnya, dan intelektualnya, tetapi juga harus dibekali dengan keterampilan.

“Ketika dianggap sudah cukup dewasa, sudah bisa mandiri, kita lepas mereka ke dalam masyarakat untuk memberikan arti yang lebih banyak, serta bermanfaat kepada orang lain,” terangnya.

Lanjut ia mengatakan, sudah saatnya anak-anak mulai disiapkan dari hulu ke hilir. Artinya apa, bahwa anak-anak ini disiapkan mentalnya, emosianalnya, spiritualnya dan intelektualnya, baru kemudian dilengkapi dengan keterampilan.

“Setelah itu, barulah kita lepas dia dengan bantuan modal, mulai dari ultramikro dan ke depan, merekalah yang akan membuka lapangan kerja, sehingga lengkap dan paripurna bantuan pendampingan yang kita berikan kepada anak-anak ini,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tutup