Kunjungan Ke-5 Program Kosabangsa di Tete Uri Lutra, Petani Kakao Pelatihan Strategi Pemasaran

Program Kosabangsa 2024 resmi menutup rangkaian pengabdiannya di Desa Tete Uri, Kecamatan Sabbang Selatan, Kabupaten Luwu Utara, Minggu (24/11/2024).

LINISULSEL.COM, LUWU UTARA – Program Kosabangsa 2024 resmi menutup rangkaian pengabdiannya di Desa Tete Uri, Kecamatan Sabbang Selatan, Kabupaten Luwu Utara, dengan kegiatan bertema “Pelatihan Strategi Pemasaran.”

Dalam kunjungan kelima sekaligus terakhir ini, kegiatan yang berlangusung mulai 23-24 November 2024 difokuskan pada upaya memberikan wawasan kepada petani kakao terkait strategi pemasaran yang efektif guna memperluas jaringan distribusi dan meningkatkan daya saing produk kakao olahan.

Pelatihan ini menghadirkan Ibu Erwina, SE., M.Si., seorang ahli manajemen dan pemasaran dari Universitas Andi Djemma (Unanda), sebagai pemateri utama.

Sebagai ketua tim pelaksana, Dr. Ir. Sukriming Sapareng, SP., MP., IPM, turut mendampingi jalannya pelatihan bersama anggota tim lainnya, Dr. Taruna S Arham, SP., M.Si, Paradillah Ilyas Mattola, SP., M.Si, Dr. Ir. Akmal, SP., MP, dan Wahyu Ramadhan Gusti, S.Pd., M.Pd.

Selain itu, kegiatan ini juga melibatkan Tim PT Pendamping dari Universitas Negeri Makassar (UNM) yang diketuai oleh Putri Ida Sunaryathy Samad, S.T., M.Si., Ph.D., dengan anggota tim, yaitu Dr. Ir. H. Faizal Amir, M.Pd., dan Dr. Haruna, S.Pd., M.Pd.

Turut hadir Kepala Desa Tete Uri, Tamrin, SH., serta perwakilan dari dua kelompok tani mitra sasaran, yaitu Kelompok Tani Ponjing Sabbara, dipimpin oleh Andi Syarifuddin, dan Kelompok Tani Bunga Coklat, dipimpin oleh H. Mustamin.

Dalam sambutan pembukaannya, Dr. Ir. Sukriming Sapareng, SP., MP., IPM menegaskan bahwa strategi pemasaran yang efektif menjadi elemen penting dalam keberhasilan usaha petani kakao.

“Setelah berhasil mengolah biji kakao menjadi produk bernilai tambah, tantangan berikutnya adalah bagaimana memastikan produk tersebut sampai ke tangan konsumen dengan harga yang menguntungkan. Oleh karena itu, pelatihan ini dirancang untuk membekali petani dengan kemampuan merancang strategi pemasaran yang sesuai dengan kebutuhan pasar,” ujar Dr. Sukriming.

Hari Pertama: Memahami Dinamika Pasar dan Branding Produk

Kegiatan hari pertama dimulai dengan sesi teori yang dibawakan oleh Ibu Erwina, SE., M.Si kemudian memaparkan materi terkait dinamika pasar kakao, mulai dari preferensi konsumen, persaingan pasar, hingga pentingnya membangun identitas produk melalui branding.

“Dalam dunia bisnis, produk yang bagus saja tidak cukup. Produk harus memiliki nilai pembeda yang membuatnya menarik di mata konsumen. Hal ini dapat dicapai melalui strategi branding yang kuat,” jelas Erwina.

Para peserta juga diperkenalkan dengan konsep pemasaran digital sebagai salah satu cara untuk memperluas jangkauan pasar.

Pemanfaatan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp Business menjadi salah satu solusi pemasaran yang praktis dan efisien, terutama bagi petani di pedesaan.

Sesi ini diakhiri dengan diskusi kelompok, di mana para peserta diajak untuk menganalisis produk olahan kakao yang telah mereka hasilkan pada pelatihan sebelumnya, termasuk pasta cokelat, bubuk kakao, dan permen kakao.

Analisis ini meliputi penentuan target pasar, penetapan harga, serta desain kemasan yang menarik.

Hari Kedua: Praktik Penyusunan Strategi Pemasaran menjadi sesi praktik di mana para peserta diajak untuk menyusun strategi pemasaran yang komprehensif.

Dipandu oleh tim pelatih, peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan produk yang dihasilkan. Setiap kelompok diberi tugas untuk menentukan target pasar, yaitu peserta diajak untuk mengidentifikasi segmen konsumen potensial, seperti pasar lokal, regional, hingga peluang ekspor, kedua peserta merancang strategi harga, yaitu diskusi dengan melibatkan analisis biaya produksi dan penentuan harga jual yang kompetitif namun tetap menguntungkan.

Dan terakhir, peserta mendesain kemasan dan merek, yaitu diajarkan teknik membuat desain kemasan yang menarik, termasuk pemilihan logo, warna, dan nama produk.
Salah satu momen menarik dalam sesi ini adalah ketika Kelompok Tani Bunga Coklat memperkenalkan nama merek baru mereka, yaitu “Coklat Bubuk Tete Uri,” yang diambil dari nama desa mereka.

Sementara itu, Kelompok Tani Ponjing Sabbara memilih nama “Sabbara Cocoa Delight” sebagai identitas produk mereka.

Antusiasme peserta terlihat sepanjang pelatihan, terutama saat sesi simulasi pemasaran. Dalam simulasi ini, peserta diminta mempresentasikan strategi pemasaran mereka di hadapan tim pelatih dan peserta lainnya.

Ketua Kelompok Tani Ponjing Sabbara, Andi Syarifuddin, mengungkapkan rasa optimisnya setelah mengikuti pelatihan ini.

“Melalui pelatihan ini, kami jadi lebih percaya diri untuk memasarkan produk kami. Kami juga mendapatkan wawasan baru tentang bagaimana cara menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk melalui media sosial,” ujar Andi.

Hal serupa diungkapkan oleh H. Mustamin, Ketua Kelompok Tani Bunga Coklat, yang menyebut bahwa pelatihan ini memberikan motivasi bagi anggotanya untuk terus berinovasi.

“Kami berharap produk kami tidak hanya dikenal di Luwu Utara, tetapi juga di seluruh Sulawesi, bahkan Indonesia,” tambahnya.

Kegiatan ditutup dengan penyerahan secara simbolis sertifikat pelatihan kepada perwakilan kelompok tani. Kepala Desa Tete Uri, Tamrin, SH menyampaikan apresiasinya kepada seluruh tim Kosabangsa atas dedikasi dan kontribusinya bagi masyarakat Desa Tete Uri.

“Program ini memberikan manfaat nyata bagi petani kami, mulai dari peningkatan pengetahuan hingga keterampilan. Kami berharap kerja sama ini dapat terus berlanjut di masa mendatang,” ujar Kepala Desa Tamrin.

Penutupan rangkaian kunjungan Kosabangsa 2024 di Desa Tete Uri menjadi momen refleksi atas dampak yang telah dihasilkan.

Dari pelatihan teknologi tepat guna hingga strategi pemasaran, program ini telah memberikan bekal berharga bagi petani kakao untuk mengelola usaha mereka secara lebih mandiri dan profesional.

Ketua Tim Pendamping UNM, Putri Ida Sunaryathy Samad, S.T., M.Si., Ph.D., menutup kegiatan dengan sebuah harapan: “Semoga program ini menjadi awal dari perubahan positif yang berkelanjutan bagi masyarakat Desa Tete Uri.

Kami bangga menjadi bagian dari perjalanan ini.” Dengan berakhirnya program ini, Program Kosabangsa kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pembangunan masyarakat melalui kolaborasi perguruan tinggi, teknologi, dan pemberdayaan lokal. (*)

Tutup