RA Global Pilih Lutra Wakili Asia Sebagai Piloting Landscape Bertumbuh

Focus Group Discussion (FGD) Lanskap Luwu Utara, Asesmen Dasar Lanskap Berbasis Landscape yang digelar di Aula Laga Ligo Kantor Bupati Luwu Utara, Rabu (29/5/2024)

LINISULSEL.COM, LUWU UTARA – RA Global memilih Luwu Utara mewakili ASIA sebagai piloting landscape yang bertumbuh.

Hal itu diungkap dalam forum Focus Group Discussion (FGD) Lanskap Luwu Utara.

Focus Group Discussion (FGD) Lanskap Luwu Utara, Asesmen Dasar Lanskap Berbasis Landscape yang digelar di Aula Laga Ligo Kantor Bupati Luwu Utara, Rabu (29/5/2024)

Global Lead Thriving Landscape, Imam A. El Marzuq menjelaskan Landscape merupakan suatu inisiatif kolaboratif yang didedikasikan untuk mengarahkan perbaikan, yang dapat diukur dengan menyediakan informasi yang dapat dipercaya terkait tingkat kematangan inisiatif dan keberlanjutan pada suatu lanskap, selain itu juga untuk membuat informasi yang dapat diakses oleh umum baik pemerintah, NGO, CSO, Perusahaan swasta dan donor.

Asesmen Lanskap Luwu Utara merupakan inisiatif yang dilakukan oleh Rainforest Alliance dan DaemeterConsulting. Asesmen ini telah dimulai sejak bulan Januari melalui desktop study dan pemetaan stakeholder.

Pada Februari lalu diikuti dengan initial stakeholder engagement dan pengumpulan informasi di Kabupaten Luwu Utara.

Berbekal pada informasi yang dikumpulkan melalui publikasi dan hasil wawancara lalu, tim telah mendapatkan gambaran terkait kondisi pemenuhan lanskap dari masing-masing pilar yang ada di Landscape.

“Dukungan dan kemauan kuat dari pemda Luwu utara dan para pemangku kepentingan untuk melihat tata Kelola landscape yang berkelanjutan juga menjadi salah satu alasan RA global memilih Luwu Utara mewakili ASIA sebagai piloting landscape,” ungkap Imam.

Sementara itu Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani menyampaikan, kegiatan ini untuk mendukung Kabupaten Luwu Utara dalam pengelolaan lanskap yang berkelanjutan.

“Kita ketahui Masyarakat lokal di Luwu Utara sangat bergantung pada sumber daya alam untuk mata pencaharian mereka, melakukan kegiatan disektor pertanian, perikanan, dan kehutanan,” jelas. Indah Putri.

“Nilai-nilai ekologi, pasar dan sosial di Luwu Utara saling terkait erat. Mengenali dan menyeimbangkan nilai-nilai ini, sangat penting untuk memetakan arah menuju masa depan yang berkelanjutan. Dengan memupuk kolaborasi, menerapkan solusi inovatif dan menerapkan praktik berkelanjutan, Luwu Utara dapat menjamin masa depan yang baik bagi generasi mendatang,” lanjut bupati perempuan pertama di Sulsel itu.

Pola penggunaan lahan di Kabupaten Luwu Utara lanjut Indah terdiri dari kebun, ladang, sawah, bandar udara, daerah perairan, hutan basah, hutan kering, semak belukar, permukiman dan tanah terbuka.

Dalam pemanfaatannya pola penggunaan lahan di Kabupaten Luwu Utara didominasi oleh hutan dengan luas sekitar 557.998,99 ha dengan persentase sekitar 75,17% dari luas wilayah kabupaten tersebut.

Perkebunan merupakan penggunaan lahan yang terbesar kedua dimana luasannya adalah sebesar 76.525,18 ha atau sebasar 10,61% dari luas wilayah kabupaten Luwu Utara. Sedangkan kawasan permukiman memiliki luas sebesar 7.289,44 ha atau sebesar 0,98% dari luas wilayah kabupaten Luwu Utara.

Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2023, risiko bencana Luwu Utara turun menjadi 141.64 (Kategori Sedang) dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan Provinsi Sulawesi Selatan dengan IRB 144.47 (tinggi). Dengan demikian risiko bencana Luwu Utara berhasil turun dari posisi 9 tahun sebelumnya ke posisi 15 se-Sulawesi Selatan.

Sedangkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kabupaten Luwu Utara Tahun 2023 mendapatkan skor 78.35 dengan Kategori Kriteria Baik. Dengan rincian Indeks Kualitas Air 58,89, Indeks Kualitas Udara 90.68 dan Indeks Kualitas Lahan 88.95

“Gagasan tentang pendekatan lanskap bukanlah hal baru, tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini telah menjadi semakin penting dan merupakan topik utama transparansi kebijakan nasional internasional, menjanjikan sesuatu yang besar,” pungkasnya.

“Pengelolaan lanskap berkelanjutan merupakan kebutuhan lokal dan global. Lanskap perlu dikelola dengan efektif untuk menyeimbangkan permintaan-permintaan yang bersaing di masa kini, serta permintaan-permintaan yang mungkin akan muncul di masa depan,” tutup Indah Putri. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tutup