Sikapi Maraknya Bullying, Dosen FAI UMI Gelar Pelatihan Konselor Sebaya di MA DDI Wal Irsyad Padang Lampe

Fakultas Agama Islam UMI yang diketuai Menggelar Pelatihan Konselor Sebaya bagi siswa di MA DDI Wal Irsyad Padang Lampe, Rabu (05/12/2022)

LINISULSEL.COM, MAKASSAR – Kasus perundungan atau bullying masih marak terjadi di Indonesia. Ironisnya, kasus bullying terhadap remaja saat ini semakin sering ditemukan.

Maraknya kasus bullying yang menyebabkan depresi pada remaja dapat mengakibatkan berbagai macam kasus urgensi seperti gangguan mental bahkan berujung bunuh diri. Oleh karena itu, sering kali remaja membutuhkan seseorang yang tepat untuk membantunya dalam menyelesaikan masalah.

Menyikapi hal itu, tim pengabdian masyarakat Fakultas Agama Islam UMI yang diketuai oleh Muhammad Syahrul, S.Pd.,M.Pd., dan Jufri Lc.,M.Pd.i selaku anggota menggelar Pelatihan Konselor Sebaya bagi siswa di MA DDI Wal Irsyad Padang Lampe.

Kegiatan Pengabdian Masyarakat yang dilaksanakan mengangkat Tema “ PKM Pembentukan Konselor Sebaya Sebagai Upaya Mereduksi Masalah Siswa di Madrasah Aliyah (MA DDI) Wal Irsyad di Desa Padang Lampe Kecamatan Ma’rang Pangkep.

Kegiatan yang berlangsung pada hari Rabu, (05/12/2022), mendapatkan antusias luar biasa dari 25 murid perwakilan kelas dan osis MA DDI Wal Irsyad Pangkep.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk melatih remaja supaya memiliki skill untuk menjadi konselor bagi sebayanya. Sehingga hal tersebut dapat membantu pervensi dan kurasi bullying di kalangan remaja. Dalam dunia remaja, konselor sebaya dapat dikatakan efektif untuk membantu remaja lainnya dalam menyelesaikan masalah.

“Kemarin tentang perkuat pengetahuan, lalu hari ini lebih pada penguatan skill. Kegiatan ini kita desain dengan ringan dan menyenangkan. Dan hari ini, kita akan mempelajari tentang bagaimana sih menjadi konselor sebaya,” ungkap Muhammad Syahrul.

Pada pelaksanaan kegiatan peserta diberikan pengetahuan dasar terkait bullying dan konsekuensi hukumnya. Sedangkan pada pemaparan yang lain peserta diberikan pelatihan langsung untuk menjadi konselor sebaya dengan diberikan materi dasar konseling beserta praktik aktivitas dan refleksi bersama ahli.

Dalam menyampaikan materinya Muhammad Syahrul mengemukakan remaja dapat menjadi pertolongan pertama bagi teman sebayanya. Dengan enam poin dasar konseling yang harus diperhatikan, yakni komunikasi; mendengar secara efektif; empati; memberi umpan balik; membangun kepercayaan; dan menjaga etika sebagai konselor.

“Konseling ini tidak hanya bisa diterapkan untuk kasus perundungan atau bullying, namun juga bisa pada masalah-masalah lain,” ungkapnya.

Dalam komunikasi baik verbal maupun non verbal, seorang konseli harus bisa memikirkan cara penyampaian yang mudah dimengerti. Sedangan konselor, harus bisa memposisikan diri sebagai pendengar yang baik dan dapat menciptakan atensi. Selain itu, pemahaman perasaan menjadi sangat penting untuk bisa mengidentifikasi perasaat lawan bicara.

“Menatap dengan penuh perhatian dan fokus saat melakukan konseling sangat perlu, untuk menciptakan atensi,” tegasnya

Muhammad Syahrul juga menuturkan, bahwasanya dalam setiap hubungan antar seseorang membutuhkan empati. Empati menjadi kunci penting ketika konselor sedang berhubungan dengan konselinya, dengan empati kalian bisa merasakan kondisi mereka.

“Empati dari konselor akan membuat konseli menjadi punya kawan. Jangan jatuh simpati, tapi empati, merasakan apa yang dia rasakan,” ujarnya.

Sedangkan umpan balik bertujuan untuk memberikan feedback kepada konseli. Ketika memberikan umpan balik, maka seorang konselor harus tau masalah dan informasi yang banyak. Hal itu bertujuan supaya alternatif solusi yang diberikan positif dan tidak subjektif.

Selain itu, membangun kepercayaan dan menjaga etika sebagai konselor juga menjadi poin penting yang harus diperhatikan. Salah satunya, dengan menjaga rahasia dan kepercayaan dari konseli.

“Pelajari lagi pelan-pelan, nanti sambil kalian pelajari. Jika bertemu seseorang bisa dipraktekkan, komunikasi, mendengarkan, empatinya diasah semuanya. Lama kelamaan kalian akan memiliki kemampuan observasi dan netral. Sehingga, kalian bisa melihat persoalan jauh lebih luas,” pesan Muhammad Syahrul di akhir acara pada peserta pelatihan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tutup