Sipritual Emotional Football

Anugerah Amir, SS., M.I.Kom.

Duka Kanjuruhan Malang, duka kita semua
Oleh. Anugerah Amir, SS., M.I.Kom
(Supporter PSM Makassar)

LINISULSEL.COM, Menyaksikan pertandingan sepakbola memang merupakan suatu pengalaman yang sangat memompa adrenalin hingga terkadang kita tanpa sadar menendangkan kaki sendiri tatkala ketika pemain kesebelasan kesayangan kita berupaya memainkan bola didepan gawang lawan, begitupun sebaliknya ketika kesebelasan kesayangan kita diserang, seakan kita hendak tiba-tiba muncul di lapangan dan menghalau bola, sungguh suatu pemandangan yang sangat mengasyikkan sekaligus mendebarkan. Namun tidak sedikit pula yang terpacu secara emotional dalam memberikan dukungan pada kesebelasan kesayangan mereka, Kemunculan hooliganism yang sangat fenomenal di Inggris pada tahun 80an hingga sekarang tetap saja menjadi hal yang sangat menarik jadi perbincangan dimana-mana dan juga sangat merepotkan para official persepakbolaan dunia, hal itu bisa menjadi contoh nyata fanatisme didunia persepakbolaan, bahkan untuk menghindari atau mungkin membatasi emotional penonton dibeberapa negara Eropa dimunculkan aturan untuk tidak membawa isu-isu rasis dalam pertandingan sepakbola, sungguh begitu tingginya pengaruh sepakbola terhadap kehidupan masyarakat secara sosial bahkan sudah merasuk masuk hingga relung-relung spiritual manusia.

Piala dunia 1998 di Francis muncul sebuah narasi oleh para media olahraga yang menyebutkan bumi sebagai “the planet football”, kemudian memunculkan iklan yang menunjukkan makhluk planet lainnya yang terhera-heran pada penduduk bumi ketika melihat seseorang menendang bola lalu mengejarnya kembali, menendang lagi lalu mengejarnya lagi, namuan dibalik aksi lapangan itu ada kehormatan puluhan bahkan ratusan ribu supporter yang menyaksikan laga tersebut. Lalu bagaimana kemudian begitu banyak manusia mewakilkan kehormatannya kepada 11 orang yang menendang-nendang bola dilapangan. Kehormatan adalah kesetiaan dalam menjalankan kebenaran, kebenaran yang akhirnya melahirkan martabat Dan martabatlah yang membuat segala menjadi terhormat, martabat menjadi nilai diri atas apa yang diperjuangkan.

Tabuhan genderang supporter di tribun lapangan yang mewakilkan kehormatan dan nilai dirinya pada 11 manusia yang mereka anggap sebagai manusia-manusia pilihan diantara begitu banyak orang dikelompok mereka. Tanpa lelah sepanjang pertandingan, bahkan sebelum dan sesudah pertandingan menabuh genderang dan bernyanyi bersama seakan menyentuh titik puncak ekstasi melebihi nikmatnya bercinta dan NARKOBA, dan ketika Gol diciptakan oleh pemain kesebelasan mereka terjadi supporter seperti sedang orgasme dan lelahpun berubah menjadi semangat dan kebahagiaan.

Konyolkah itu…? tentu tidak sebab kehormatan adalah harta termahal seorang manusia dan harta termahal itu patut didukung, diperjuangkan, dan dijaga. Mereka menabuh genderang untuk mendukung spirit mereka, menjaga dan mengawal proses dan perjuangan menuju puncak ekstasi itu.

Kalimat “Bola itu bundar” seringkali terdengar dalam setiap pertandingan sepakbola dan kalimat itu senantiasa membuka kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam sebuah pertandingan sepakbola. Kalimat “bola itu bundar” juga mengandung filosofi yang kuat bahwa menyerah atau mengalah dalam pertandingan sesungguhnya bukanlah suatu pilihan sebab secara fisik bundarnya bola itu memperlihatkan kepada kita bahwa bola tidak memiliki sisi yang jelas yang secara filosofis semua sisi kemungkinan adalah milik kedua tim yang bertanding.

Kita sering mendengar dari para pengamat-pengamat pertandingan sepakbola secara teoritik dengan berbagai skematik prediksi pertandingan dan berbagai formasi tim yang pada intinya ada penjaga gawang, ada pemain bertahan, ada pemain tengah dan ada penyerang. Dalam kesempatan menyaksikan pertandingan sepakbola boleh saja mencoba menarik benang merah spirit yang datang bersamaan antara kehormatan yang terwakilkan melalui tim kesebalasan dan Spiritualisme berkeyakinan dalam agama.

Prinsip bundarnya bola dalam pertandingan sepakbola adalah spirit penyemangat tim dalam bertanding menghadapi tim manapun begitupun tim unggulan juarapun dengan prinsip bundarnya bola tidak kemudian pongah dan arrogant dalam bermain, sebab segala kemungkinan bisa saja terjadi dalam sebuah pertandingan. Mungkin masih teringat oleh kita bagaimana Liverpool bisa membalikkan kemungkinan dari kekalahan 3-0 dibabak pertama melawan AC. Milan menjadi sebuah kemenangan telak di akhir pertandingan final liga Champion beberapa tahun yang lalu. Spirit pemenang dengan prinsip pantang menyerah pada kemungkinan-kemungkinan yang hanya Tuhan yang tahu dalam pertandingan sepakbola telah mendorong semangat bertanding yang kuat bagi seluruh tim sepakbola. Secara spiritual dalam kehidupan sosial prinsip memaknai “Bola itu Bundar” mendorong kita untuk membuka cakrawala berfikir bahwa Tuhan telah memberikan berbagai kemungkinan-kemungkinan kehidupan dunia dan pilihan hidup seperti apa, ada pada manusia itu sendiri.

Penjaga gawang dalam pertandingan sepakbola layaknya benteng terakhir keimanan manusia dalam memandang berbagai godaan kehidupan dunia yang menyerang tanpa henti benteng terakhir itu adalah keyakinan akan kebenaran. Pemain bertahan atau sistem pertahanan dalam pertandingan sepakbola seumpama kekuatan dalam mempertahankan kebenaran, ke-sucian Ilahiah yang terwujud dalam tiupan Ruh pada kehidupan kita sebagai manusia di dunia, kemampuan dan kepiawaian seorang hamba dalam menjaga keimanannya akan kebenaran akan semakin kuat ketika Iman itu diyakini berada dibawah kuasaNya. Sehingga untuk menjaga keamanan gawang idealisme kita diminta untuk senantiasa berlatih.

Permainan di lapangan tengah dalam pertandingan sepakbola memiliki peran yang sangat urgent dalam mensuplai energi kemenangan baik kepada pertahanan (agar tidak kebobolan) maupun dalam mendorong pencapaian prestasi kehidupan (Goal yang tercipta). Dalam kehidupan spiritual kita. Realitas kehidupan yang tentu saja memiliki aspek dialektika yang tak terbantahkan, seperti ketika Iman semakin kuat maka godaan pun akan semakin gencar datangnya.

Pada lini depan sebuah tim sepakbola diisi oleh penyerang-penyarang yang akan mendorong pencapaian prestasi kehidupan spiritual rohaniah dan juga materi duniawi. Permainan lini depan dalam Spiritual Emotional Football ini adalah sikap, prilaku, karakter yang kuat yang akan menjadi inspirasi serangan yang kuat dalam mengalahkan black spot tim iblis yang memiliki kekuatan  brutalisme, kelembutan tipu daya, dan kecurangan-kecurangan yang terwujud dalam kehidupan manusia di dunia. Sebaliknya strategi penyerangan Spiritual Emotional Football akan terlihat dari sikap/prilaku yang santun lembut namun tegas dalam akidah akhlak, kepedulian sesama secara proporsional dalam mendorong kebangkitan kehidupan umat, dan kelembutan yang tulus/ikhlas.

Menilik kejadian di stadion Kanjuruhan Malang Sabtu, 1 Oktober 2022, dimana begitu kuatnya pengaruh emotional football dilapangan dan di tribun penonton, membuat seluruh stadion menggelegar dengan emosi yang terjungkal balik oleh kekalahan tim, mereka meluapkan emosi, jiwa mereka dan spirit mereka dengan berlari memasuki lapangan hendak menemui pemain kepercayaan mereka, mungkin saja untuk bertanya kenapa harus demikian, atau mungkin saja ada yang turun memasuki lapangan karena ingin mengusap tim kesayangan mereka untuk tidak sedih dan bangkit kembali, berlatih kembali agar kelak bisa mendorong spirit fanatisme menuju puncak ekstasinlagi. Ada banyak kemungkinan yang bisa melatar belakangi mereka untuk meluapkan emosi dengan turun memasuki lapangan.

Kematian. Adalah kesediahan bagi yang ditinggalkan oleh kematian, namun adalah perjumpaan yang dinantikan tanpa sadar oleh ruh yang kembali, sepakbola negeri ini telah menelan korban hingga ke-kematian, ini peringatan bagi penyelenggara kompetisi, petugas lapangan (wasit dan asisten wasit), official tim, PSSI, dan para pemangku kepentinagn dalam kompetisi sepakbola tertinggi di negeri ini bahwa ada kehormatan, ada spirit, ada emosi yang terlibat dalam persepakbolaan dan itu harus dijaga sebab ketika kehormatan seseorang itu terganggu maka percayalah matipun adalah harga bagi sebuah kehormatan, saya percaya banyak manusia berprinsip seperti itu.

TURUT BERDUKA SAUDARA-SAUDARA KU PEMILIK EMOTIONAL SPIRITUAL FOOTBALL DI MALANG. Semoga kalian tenang dan ketabahan bagi yang ditinggalkan. Bangkitlah sepakbola negeri ku tanpa intrik dan keliaran godaan iblis yang membuat kita ekstasi pada uang dan materi.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tutup