Peringatan Hari Talasemia Sedunia, PUDING Episode 5 Hadirikan Narasumber Dokter Spesial Anak

Dokter Spesialis Anak RSUD Sawerigading Palopo, dr. Tanty Febriany Takahasi, Sp. А (kiri) narasumber pada Podcast RSUD Sawerigading (PUDING) di episode yang ke-5, Kamis 8 Mei 2025.

LINISULSEL.COM, PALOPO – Podcast RSUD Sawerigading (PUDING) di episode yang ke-5 menggelar topik yang menarik “Bagaimana mencegah penyakit Talasemia pada keturunan kita?”

Topik ini dipilih sebagai peringatan Hari Talasemia Sedunia yang tahun ini diperingati dengan tema “Bersama untuk Talasemia: Menyatukan Komunitas, Memprioritaskan Pasien”, yang digelar, Kamis 8 Mei 2025.

Dipandu oleh host cantik dr. Puji Amanda Ibrahim (Putri Kesehatan Luwu Raya Tahun 2024) PUDING Episode 5 menghadirkan narasumber dr. Tanty Febriany Takahasi, Sp. А (Dokter Spesialis Anak RSUD Sawerigading Palopo)

Dalam pemaparannya, dr. Tanty Febriany Takahasi menjelaskan mencegah penyakit Talasemia pada keturunan kita.

dr. Tanty Febriany Takahasi mengatakan Talasemia adalah penyakit keturunan (kelainan genetik) akibat kelainan sel darah merah yang dapat menyebabkan penderita harus melakukan transfusi darah sepanjang usianya.

“Penyakit tersebut bisa dicegah melalui deteksi dini. Talasemia dapat diturunkan dari perkawinan antara dua orang pembawa sifat,” katanya.

Ia juga mengungkap, seorang pembawa sifat talasemia secara kasat mata tampak sehat (tidak bergejala), hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan darah dan analisis hemoglobin.

“Cara mengetahui seorang talasemia dilakukan melalui pemeriksaan riwayat penyakit keluarga yang anemia atau pasien talasemia, pucat, lemas, riwayat transfusi darah berulang, serta pemeriksaan darah hematologi dan Analisa Hb,” ungkapnya

Berdasarkan data dari Yayasan Talasemia Indonesia, terjadi peningkatan kasus talasemia yang terus menerus. Sejak tahun 2012 sebanyak 4.896 kasus hingga bulan Juni Tahun 2021 data penyandang talasemia di Indonesia sebanyak 10.973 kasus.

Dari sisi pembiayaan, menurut data BPJS Kesehatan 2020 beban pembiayaan kesehatan sejak tahun 2014 sampai tahun 2020 terus meningkat.

Talasemia menempati posisi ke-5 di antara penyakit tidak menular setelah penyakit jantung, gagal ginjal, kanker dan stroke yaitu 2,78 triliun tahun 2020.

Lanjut dr. Tanty Febriany Takahasi, mengatakan deteksi dini bertujuan untuk mengidentifikasi pembawa sifat talasemia agar tidak terjadi perkawinan sesama pembawa sifat.

Secara klinis ada tiga jenis talasemia, yakni talasemia mayor, talasemia intermedia, dan talasemia minor/trait/pembawa sifat.

Pasien talasemia mayor memerlukan transfusi darah secara rutin seumur hidup (2-4 minggu sekali). Berdasarkan hasil penelitian Eijkman tahun 2012, diperkirakan angka kelahiran bayi dengan talasemia mayor sekitar 20% atau 2.500 anak dari jumlah penduduk ± 240 juta.

Pasien talasemia intermedia membutuhkan transfusi darah, tetapi tidak rutin. Sementara pasien talasemia minor/trait/pembawa sifat secara klinis sehat, hidup seperti orang normal secara fisik dan mental, tidak bergejala dan tidak memerlukan transfusi darah.

“Sampai saat ini talasemia belum bisa disembuhkan namun dapat dicegah kelahiran bayi Talasemia Mayor dengan cara menghindari pernikahan antar sesama pembawa sifat, atau mencegah kehamilan pada pasangan pembawa sifat talasemia yang dapat diketahui melalui upaya deteksi dini terhadap populasi tertentu,” tandasnya. (*)

Tutup