Tim PKM RSH Unhas Tawarkan “Maggot” Solusi yang Efektif dan Efisien Penanganan Sampah Masakan di Hotel

Tim PKM RSH Unhas. (ist)

LINISULSEL.COM, MAKASSAR – Pada tahun 2030 mendatang, tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) pada poin 12 tentang konsumsi yang bertanggung jawab menargetkan untuk mengurangi separuh limbah pangan global per kapita di tingkat ritel dan konsumen serta mengurangi kehilangan pangan di sepanjang rantai produksi dan juga didalamnya termasuk kerugian pasca panen (Bappenas 2022).

Dilansir dari United Nations Environment Programme (UNEP), Indonesia sebagai negara penghasil food waste terbesar di kawasan ASEAN tahun 2021 dengan produksi food waste sebesar 20.938.252 ton/tahun (UNEP, 2021).

Padahal limbah makanan yang mulai membusuk ini akan menghasilkan gas metana (CH4) yang merupakan salah satu gas yang berdampak pada pemanasan global dan emisi gas rumah kaca dari limbah makanan menyumbang 8% dari emisi global (Rozy dkk, 2023).

Di Makassar sendiri menurut data dari Fatmawati dan kawan-kawan (2019) menghasilkan sampah per hari sebanyak 700 ton, yang mana terdiri dari 82,19% sampah organik dan sisanya merupakan sampah anorganik.

Adapun menurut Kementan bahwa beberapa industri yang turut menyumbang hadirnya sampah makanan tersebut adalah hotel, warung makan, restoran dan usaha katering termasuk pula dari skala rumah tangga.

Sementara itu, menurut Ashuri dan Kurniasih (2019) yang menyatakan bahwa salah satu sumber yang berpotensi menghasilkan timbulan sampah makanan di Indonesia adalah hotel sebagai akibat meningkatnya sektor pariwisata.

“Kondisi ini tentunya sangat memberikan tantangan bagi keberhasilan tujuan pembangunan yang berkelanjutan terutama untuk kelestarian lingkungan hidup Kota Makassar di tengah merebaknya industri perhotelan mulai dari yang berbintang sampai yang tidak berbintang,” jelasnya

Hal inilah yang melatar belakangi Tim PKM RSH Unhas untuk menghadirkan solusi dalam penanganan sampah masakan hotel di Kota Makassar.

Tim PKM RSH Unhas saat kunjungan survei dan wawancara langsung ke salah satu pihak Hotel di Kota Makassar. (ist)

Lalu apa yang bisa di lakukan?

Berdasarkan hasil riset yang di lakukan oleh Kadir (2016) bahwa kontribusi pihak hotel di Kota Makassar sudah baik hanya saja sampah basah atau sisa makanan yang di hasilkan belum di manfaatkan secara optimal dan hanya di angkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

Hal ini sejalan dengan hasil survei dan wawancara yang telah kami lakukan sejak bulan Agustus sampai September tahun 2023 ke sejumlah hotel yang ada di Kota Makassar.

“Yang mana sebagian besar food waste yang di hasilkan hanya berakhir di TPA dan sisanya di jadikan sebagai pakan ternak,” kata Kadir

Oleh karena itu, salah satu skenario efektif dan efisien yang dapat kami tawarkan kepada pihak perhotelan di Kota Makassar untuk menangani sampah makanan yang di hasilkan yaitu dengan memanfaatkan maggot.

Pada skenario maggot ini, sampah makanan di jadikan pakan maggot yang kemudian sampah makanan tersebut akan diurai menjadi kompos oleh maggot

“Maggot yang di budidayakan akan menjadi 2 peruntukan yakni tipe 1 yang di anggap bibit unggul yang kemudian akan di biakkan kembali menjadi lalat untuk kembali menghasilkan maggot,” jelasnya.

Serta tipe 2 yaitu maggot yang akan di keringkan dan kemudian akan di olah menjadi produk lain.

Pada skenario ini, hotel melakukan pemberdayaan masyarakat lokal dengan penyerapan tenaga kerja untuk memberi membudidayakan maggot dan cara ini sebagai upaya reduksi sisa makanan menjadi kompos.

Pemanfaatan maggot ini dinilai efektif berdasarkan hasil analisis Social Cost Benefit Analysis yang mempertimbangkan semua cost dan benefit dari semua aspek mulai dari aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial.

Dalam menangani sampah makanan dengan memanfaatkan maggot ini, pihak hotel akan membangun tempat pengembangbiakan maggot yang berlokasi di daerah hotel agar tidak ada proses pengangkutan sampah sehingga emisi yang di timbulkan dari kendaraan pengangkut sampah makanan hotel bisa di tekan setiap harinya.

Oleh karena itu, di harapkan adanya sinergitas dari pihak pemerintah, pihak industri dan masyarakat luas dalam menanggapi permasalahan sampah makanan ini agar kota Makassar dapat terbebas dari bahaya pencemaran lingkungan di tengah perkembangan industri yang semakin pesat. (*)

Tim PKM RSH Unhas :

1. Rozy, M. I., Sagita, M. E., dan Ariyanto, E. P. 2023.

2. Fatmawati, A., Muhsin, M. A., dan Taufik, A.

3. Ashuri, A. dan Kurniasih, T.

4. Kadir, Abd.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tutup